CITRA DIRI
Oleh: Tia sari kamal
Pukul sepuluh malam hari senin kubuka kembali laptop yang sudah dua bulan tak aku buka sisi layar nya, terhitung semenjak libur kuliah karena pergantian semester akhirnya kubuka dan kunyalakan kembali tombol power yang sudah berdebu. Aaah .. ternyata laptopku masih hidup akhirnya. Teringat laptopku kini sudah menginjak usia tujuh tahun dari awal aku membelinya, kupakai dari semasa PKL kelas dua smk hingga saat ini aku sudah berkuliah semester lima, untungnya laptopku masih sehat walau agak cepat panas sedikit semoga laptopku bisa hidup hingga ujung aku mengerjakan skripsi karena jika ditarik dari pertama kali aku membelinya banyak kenangan dan history dalam laptopku ini.
Ini hanya intermezzo saja mengingat tujuanku membuka kembali laptop adalah untuk mengerjakan tugas mata kuliah manajemen krisis, dosenku bilang ini hanya tugas percobaan sebagai sarana pertama penggunakan alat bantu pengumpulan tugas via email kelas. Beliau menugaskanku membuat essay tentang citra diri. Sebenarnya aku juga belum paham betul citra diri seperti apa yang musti aku ulas, apa harus menceritakan tentang karakter diri atau tentang cerita hidup pribadi. Dan kebetulan aku memang suka bercerita, mungkin lebih tepatnya curhat ya.
Aku terlahir sebagai anak sulung yang memiliki dua adik yang jaraknya umurnya sangat jauh denganku, adik yang pertama ia perempuan berjarak sepuluh tahun sedangkan adik yang paling kecil laki-laki berjarak dua puluh tahun sedangkan ibu dan aku pun berjarak dua puluh tahun bayangkan adik laki-lakiku layaknya seorang anak biologisku kata tetangga sekitar, lucu memang sembari berlatih menjadi seorang ibu yang mencoba mendidik anak sejak dini. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, kini kesibukanku berkuliah dan bekerja. Banyak yang bertanya mulai dari teman, kerabat, sampai rekan kerja, apakah tidak capek kuliah sambil bekerja? Pastilah capek, lelah kadang suka terbesit ingin sudahi saja ketika muncul massanya untuk membayar iuran kuliah ternyata biayanya tak cukup ingin aku tanggalkan dan lepas dari tanggung jawab membayar, tapi itu hanya kata dalam hati saja tak serius, karena memang setelah aku fikir-fikir belajar itu mengasyikan perkara lelah, capek, bosan itu hanya effort yang wajib ditempuh sebagai penuntut ilmu dan lagi ini untuk masa depan nanti ketika aku mendapatkan hasil dan kehidupan yang baik selepas masa belajarku, perihal mencari ilmu dunia atau ilmu agama semuanya menyenangkan tak ada ilmu yang didapatkan dengan mudah dan sekali lagi ilmu ini mahal tak semua orang beruntung menikmati ilmu dan mendapat ilmu.
Ketika awal pertama kali aku bertemu teman-teman dikampus, kami saling intro, berkenalan bertukar informasi mengenai soal apapun entah tentang pekerjaan dan hal apa saja yang dilakukan, sempat beberapa temanku bertanya mengapa aku bisa telat kuliah dua tahun. Dari situ naluri curhatku makin berkembang seakan terpancing untuk segera membuka sesi dongeng nan panjang, memang ada cerita mendalam dibalik telatnya aku masuk kuliah. Tepatnya kurang lebih lima tahun yang lalu saat aku masih duduk dibangku smk kelas 3 detik detik persiapan ujian nasional aku jatuh sakit, tiba-tiba saja tulang belakangku sering mengalami nyeri yang sangat menyakitkan dan rasa sakit itu sering muncul dan membuyarkan fikiran dan aktivitasku disekolah. Kemudian karena rasa sakit pada tulang bagian punggung ini terus menyiksa lalu aku memutuskan untuk cek kedokter. Dari dokter umum lalu aku dirujuk ke spesialis tulang ketika dokter telah mendengarkan gejala yang aku alami, lalu aku pergi menemui dan berkonsultasi dengan dokter spesialis tulang dan aku divonis mengalami skoliosis, skoliosis adalah kondisi melengkungnya tulang belakang ke samping secara tidak normal. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas dengan kisaran usia 10 hingga 15 tahun, lalu aku disarankan untuk melakukan fisiotherapy secara rutin selama dua kali seminggu. Suatu hari sepulang therapy aku tertimpa musibah, sepedah motor yang aku tunggangi bersama ayahku ditabrak dari belakang oleh sebuah motor juga, aku terpental dan jatuh dengan kondisi helm terlepas dan kepala membentur aspal aku tidak begitu ingat kejadiannya seperti apa yang pasti saat itu aku jatuh pingsan dan sadar ketika sudah di Ugd rumah sakit umum daerah bekasi. Sebulan dari kecelakaan tersebut rasa nyeri yang ada dipunggung makin terasa amat menyiksa, seingatku saat itu bulan januari 2014, saat bekasi sedang diguyur hujan yang lebat sepulang sekolah aku kehujanan dan seketika kaki kiriku kebas dan kaku, kucubit atau dipukulpun tak terasa sakit, aku masih berobat jalan selagi sekolah dan seminggu berlalu dengan rasa sakit yang makin lama makin menggerogoti tubuhku selanjutnya kaki kananku yang mulai terasa kaku hingga kebas sampai diatas pinggang. Sebangun tidur kedua kakiku tidak bisa digerakan dipegang tak terasa dan saat itu aku sadar aku mengalami kelumpuhan.
Lalu aku kembali lagi konsultasi dengan dokter spesialis tulangku, dan dokter tersebut kaget karena ia tidak mengira bahwa kondisiku semakin memburuk dan malah berakhir kelumpuhan, lalu dokter merujukku untuk konsultasi oleh dokter spesialis ortopedi dan syaraf, mereka menyarankanku untuk segera dioperasi,saat itu aku ditemani oleh kedua orang tuaku saat check up, dan dokter mulai berbicara serius kepada kedua orang tuaku bahwa secepatnya aku harus segera dioperasi, pun setelah dioperasi pihak rumah sakit hanya memberikan 50% untuk kesembuhanku dan 50% nya lagi nyawaku tak selamat. Sepulang dari rumah sakit aku melihat wajah ayah dan ibu, mereka terlihat biasa saja seolah tak ada beban, padahal aku tahu sepanjang sepertiga malam mereka berdua menggelar sajadahnya dan selalu bermunajat selalu untuk kesembuhanku, mungkin ayah ibuku fikir selama sakit aku mudah tidur karena pengaruh obat, tidak malah sebaliknya sampai subuhpun aku masih tak bisa tidur, bahkan aku tak mau tidur aku takut ketika aku tertidur mungkin itu tidur untuk yang terakhir kalinya. Saat itu jujur aku sangat putus asa, sedih tak berujung, menangis setiap malam hingga air mata sudah tak mampu lagi tumpah hingga hanya pusing yang terasa dikepala. Padahal aku ingat hadist yang diriwayatkan imam bukhari bahwa, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Allah telah menurunkan untuknya obat penyembuh.” Aku selalu mengingat kata-kata yang rasull sampaikan tetapi selalu kalah dengan egoku semangatku kalah dengan keputus-asaanku, aku berserah diri aku merasa ajal sudah didepan mataku, galau sedih selalu menghantui. Bekal apa yang sampai saat ini aku peroleh aku masih sangat muda yaAllah mengapa engkau timpakan sakit yang begitu sakit ini, jika memang sudah waktunya aku pulang yaRabb berikan aku kesempatan untuk berdialog meminta kepadamu agar orang tuaku mengikhlaskan kepergianku, tanpa ada rasa sedih karena selama ini mereka lah yang selalu ada disisi saat aku kembali terasa sakit, hati ini menjerit dan sering berbicara tidak karuan saat itu.
Berminggu-minggu aku tak kunjung masuk sekolah tubuh dan kakiku yang makin lama kian mengurus dan mengecil karena sudah tidak adalagi aktivitas berat yang mampu aku lakukan, teman sekalas setiap hari menjengukku dengan membawa buku catatan milik mereka, mereka datang bukan hanya mengajari ku pelajaran yang tertinggal malah mereka lebih banyak menghiburku semua tugasku mereka yang kerjakan karena memang aku sudah tidak sanggup duduk berlama-lama karena akan terasa pegal dan nyeri dibagian punggung. Ketika mereka asik dengan canda tawanya lalu ku menyatakan, “Aku minta maaf sama kalian jika selama ini aku pernah ada salah, sering bikin kalian susah, sering ngomel, sering baper ngambek gajelas aku takut gabisa lama main sama kalian lagi, ikhlas yaa kalo aku nanti gabisa lanjut sekolah lagi semoga nanti kita bisa ketemu ditemapat yang indah yaa mungkin ga didunia tapi disuatu tempat,” kataku sambil tersenyum dan menengadahkan kepala menahan agar air mata tak tumpah, kacaunya kata itu yang membuat air mata para sahabatku jatuh sambil memelukku. “Mba gasendiri, kitakan selalu doain kamu mba semangat gaboleh capek nyerah lawan penyakitnya, jangan mau kalah sama sedihnya, kita disini temenin mba kita disini akan rutin jengukin mba, kita yakin kita bisa kumpul bareng dan lulus bareng setelah ini lalu mba akan sembuh dan bisa lanjutin impian mba buat bisa kuliah, kata salah satu sahabatku dengan memanggil sebutan mba panggilan sayang, refleks air mataku mebanjiri pundak sahabatku. Terima kasih yaAllah karena engkau masih memberiku sahabat dan orang tua yang selalu siap menemani, saat itu aku agak tertampar dan merasa sangat tidak bersyukur, seharusnya aku semangat melawan sakit bukan dengan putus asa dan lemah seperti ini, padahal obat yang Allah kasih sudah jelas, cinta dan kasih dari orang-orang yang menyayangikulah yang menjadi penawara sakitku semenjak itu aku mulai bangkit dan semangat melanjutkan hidup.
Lima bulan berlalu dengan tak ada kemajuan dari kondisiku, orang tuaku memutuskan untuk aku rawat jalan saja dirumah lalu mencoba pengobatan alternatif didaerah sukabumi sebulan setelah itupun tetap tak ada kemajuan, kemudian orang tuaku membelikan obat herbal yang banyak teman dari orang tuaku menyarankan bahwa obat ini manjur kemudian aku meminumnya selama hampir 3 bulan, entah mujizat apa yang terjadi jari jempol kakiku sedikit bergerak lalu aku mulai sedikit demi sedikit menggerakan semua jemari kakiku, kemudian mencoba mengangkat kakiku dengan menahan rasa sakit seperti layaknya bayi yang baru dilahirkan dan baru memulai ingin berjalan dengan belajar merangkat, berdiri lalu melangkah itu yang aku rasakan saat itu. Aku selalu bersyukur Allah memberiku sakit yang menghadirkan kisah yang luar biasa dalam hidupku, tangis lalu bahagia menjadi satu hingga akhirnya aku kembali kerumah sakit walaupun masih dengan kursi roda tetapi saat diperiksa syaraf-syaraf kakiku mulai terasa kembali dokter menyatakan aku mulai membaik padahal aku hanya meminum obat herbal bukan obat dari dokter, dokterpun heran dan bingung mengapa aku bisa sembuh. Yang terfikir dalam hatiku adalah Allah memberiku sakit agar aku sadar dan lebih menghargai lagi apa arti hidup, akan lebih baik aku mencoba hijrah karena pelajaran yang Allah beri saat itulah yang terindah merasakan ajal sangat dekat lalu imanpun semakin ikut dekat dengan-Nya terima kasih yaAllah engkau telah membuat skenario terindah cerita terhikmat yang membuat hati ini semakin lama semakin terpaut oleh-Mu aku jatuh cinta kepada engkau yang selalu memberiku cinta dan kasih sayangnya hingga aku terpana akan kekuasaannya membolak-balikan hati ini dari yang selalu membangkang hingga patuh layaknya seorang prajurit dan komandannya, kini aku lebih menghargai hidup menghargai arti menjadi wanita yang selalu dan terus memperbaiki diri dimulai dari sekarang hingga nanti aku benar-benar bertemu engkau ya Rabbi.
Ini Tia Sari yang alumni smpn 18 kan angkatan 2008 - 2011 dan terakhir kelas 9.9...
ReplyDeleteIni gue Rifki temen satu kelas jaman di 9.9.
Gue terharu membaca kisah lo.
Ngomong2 boleh kah gue ngobrol sama lo mendenger kisah lo secara langsung. Seandainya boleh mohon kontak gue dong di nomor wa 089652566219 | Rifki alumni 18 kelas 9.9